Minggu, 30 Januari 2011

Belajar Origami Yuk...

Ide untuk menulis hal ini ketika diriku sedang chat dengan seorang teman ketika mencari ide tentang kegiatan harian untuk adik-adik asuhku. Dan ia pun memberi ide untuk bermain origami. Dan pikirku, ehhm... oia, lucu juga.. kenapa nggak? nice idea...
Dan aku pun iseng meng-gugel tentang origami ini, dan tau nggak? ternyata origami itu adalah seni belajar melipat yang berasal dari negri Cina, bukan dari Jepang seperti selama ini yang kita pikirkan, hanya saja emang seni ini berkembang pesat di Jepang.

Senin, 24 Januari 2011

Definisi Guru menurut Wikipedia Indonesia

Guru (dari Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Arti umum
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:

Arti khusus 

Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.Dalam agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva.Dalam agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. Hanya ada sepuluh Guru dalam agama Sikh, dan Guru pertama, Guru Nanak Dev, adalah pendiri agama ini.

Orang India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka.

Suggestion to Teach TOEFL (by Ari Prabowo)

I have been teaching English for a little more than 5 years now, 3 of of which I've spent in TOEFL prep classes (mostly Paper - Based Ones). First and foremost, I would wish you all the best for your newfound profession. On the other hand, there are several tips that I would like to point out regarding the matter of being a "test teacher".

1. Be confident.
Students often look up to their teachers for the comfort of guidance and motivation. Being humble is an admirable trait as a teacher but when a teacher is too humble than he or she might lost his/her students' faith. It is inspiring to see that a teacher is being confident in his/her skills and that inspiration often becomes the factor that brings comfort and confidence to the students. Be positive and confident, gan, because those two traits are contagious

2. Be prepared.
Darleana McHenry, a facebook acquiantance and an education expert in USA, once said to me that an hour of great class is worth 10 hours of preparation. Plan your lessons well, choose your handbook carefully, strategize on how to make the class flow, keep track of what you have been doing and what you'll do, and, last but not least, always put yourself in your students' shoes in your preparation. A well prepared class often determines the line between a good teacher and a bad teacher.

3. Be a good test teacher.
I obtained this useful tips on a webminar of EOT (English Out There) by Jason West, another facebook acquaintance. A test teacher doesn't have to be as fluent as an English native speaker and, in fact, he / she need not even take the test him / herself! Shocking? Yes.
All that one need to do to be a good test teacher is to familiarize oneself with the type of test being discussed (TOEFL, TOEIC, IELTS, G-MAT, PET, SAT, SMPTN, etc) and to be able to provide students with references and materials that are accessible and relevant. There are literally thousands of books and hundreds of website and people on the internet giving out tips and tricks on TOEFL; a myriad of resources waiting for you to dig in.

4. Know thy pupils!
Another useful tip from Jason West and the one matter that is paramount to me when starting a class is summed up in the question "What do the students need?". Many test teachers mistakenly think that these walkthrough classes have to cover all the points to ponder in the test whereas the students might not always have the time and need to do such a long tutorial. This is why diagnostic tests play a very important role (and is relevant to tip #2 & #3) in figuring out what the students need which eventually will make the knowledge transfer more effective. Don't bore the life out of the students with things they already knew.

5. To err is human, to know how to get away with it, is diplomacy.
As a teacher, there will always be times that you may be asked with a question you may not have the immediate anwswer for or when you make mistakes. Know this, chekalova : a teacher is a human being with limitations, not all native speakers of English are proficient in grammar and Indonesians are not native English speakers. It's okay to make mistakes every now and then. It is not okay to make mistakes most of the time. That's why a good test teacher prepares well; he or she isn't necessarily smarter or more intelligent than his / her students, he/she merely master the materials before the students do. After all, an anagram for "teachers" is "cheaters"
For times like these, you will have to know how to handle yourself. Keep calm and reason with your students, promise them that you will come up with an answer, keep your promises and remember to smile while doing so.

Jumat, 21 Januari 2011

Drs. H. Sujadiyono: Nikmat Seorang Pendidik

Tanyakan kepada guru, kepuasan apa yang diperoleh sebagai pendidik. Ada beragam jawaban yang bisa diperoleh. Tapi bagi Drs. H. Sujadiyono, kenikmatan yang sulit disetarakan dengan lembar-lembar rupiah bila menyaksikan terjadi perubahan pada anak didik.
Misalnya, seorang siswa baru yang semua masih diantar oleh orangtuanya, berubah menjadi mandiri. Atau, terjadi perubahan pada anak didik atas apa yang telah diajarkan kepanya. “Itu kenikamtan yang luar biasa, tidak bsa dihitung dengan materi,” tutur kepala SDN Percontohan 01 Menteng, Jakarta Pusat ini.
Memimpin sekolah yang banyak diidolakan orang tua dengan laar belakang rata-rata berpendidikan sarjana- Sujadiyono merasa dituntut untuk pandai-pandai mengelolanya. Karena itu, diperlukan upaya dan langkah konkret untuk mencapai visi dan misi yang diinginkan.
Dia menetapkan beberapa indicator untuk mencapai visi tersebut. Yakni, mengoptimalkan proses belajar mengajar, mengembangkan potensi anak, member ruang kepada orang tua dan masyarakat untuk berperan dalam proses pendidikan, di samping mengarahkan kegiatan ekstrakulikuler yang mengenangkan, dan pendidkan agama untuk anak didik.
Selain itu, kepada siswa ditanamkan budaya malu dan konsen melaksanakan aturans ekolag. Tiap pagi, guru dan anak-anak datang lebih awal, sebelum pelajaran dimulai. Mau tidak mau, sebagai kepala sekolah, dia pun melakukan hal yang sama. Setiap hari, rata-rata pukul 06.30, dia sudah tiba di sekolah. “Kalau diri kita tidak bisa, jangan ngomong dulu, “alasannya.
Pernah pada sebuah kesempatan, cerita Sudajiyono, seorang siswa yang tinggal di Bogor datang terlambat. Atas pertimbangan tempat tinggal jauh, orang tua anak minta kebijaksanaan. Tapi itu sulit dipenuhi, karena itu aturan sekolah sudah disosialisasikan lebih awal. “Nuansa itu membuat sekolah terkesan lebih prestisius.” Ujarnya.

Selasa, 18 Januari 2011

Tips Mengenalkan Huruf pada Anak Balita

Ini adalah beberapa langkah yang menarik dan sederhana yang dapat kita lakukan untuk memperkenalkan alfabet untuk anak anak kita yang berusia balita;

1. Pastikan bahwa Anda memiliki mainan atau karton yang bentuknya adalah huruf-huruf alfabet. Anda dapat membuatnya sendiri dari kotak susu atau apapun.
2. Cobalah dengan memulai untuk memperkenalkan alfabet tersebut sebagai karakter bukan dengan menyebutkan satu per satu. Sebagai contoh, Anda bisa mulai dengan mengatakan seperti ini, "Ayo, lihat ini, kita akan punya teman baru, yang pertama memiliki nama" A ", A mempunyai tiga garis-garis lurus, dll
3. Sementara memperkenalkan alfabet, biarkan anak-anak untuk menyentuh dan merasakan bentuk huruf tersebut.
4. Setelah itu, Anda dapat mencoba mengeja dan menyebutkan alfabet. Mulai dari diri Anda dan minta anak kita untuk mengulangi setelah kita. Lakukan ini 5 - 10 kali. Jangan lupa untuk tetap menunjukkan huruf apa yang kita sebutkan.
4. Setelah Anda menyelesaikannya, lanjutkan ke huruf berikutnya. Lakukan ini sampai 3-5 huruf dalam satu hari. Ulangi dan jika anak sudah tahu dan menghafal tentang huruf-huruf tersebut dengan baik, Anda dapat pergi ke 3-5 huruf berikutnya.
5. Jika anak Anda telah hafal semua huruf, Anda dapat bermain game seperti "Temukan harta karun". Anda bisa meletakkan huruf bersama-sama atau meletakkannya di tempat rahasia, dan anda meminta anak-anak untuk memilih huruf yang tepat yang sudah anda sebutkan.

Selamat mencoba .... Good Luck!

How to Introduce Alphabets to Toddler

These are some good and simple steps to introduce alphabets to toddler;
alphabet toys
1.  Make sure that you have toys or cardboard in the form of alphabets, the size is up to you. You can make it by yourself from the milk boxes or anything.

2. Try to introduce the alphabet as a character instead of mention it one by one. For example, you can start it by saying it like this; "C'mon, look at this, we're gonna have new friend, the first one has a name "A", A has three straight lines, etc.
3. While introducing the alphabet, let the children to touch and feel the form and the shape of the letters.
4. After that, you can try to spell and mention the alphabet. Start from your self then let our child to repeat after us. Do this 5 - 10 times. Don't forget to keep showing the letter
4. After you finish it, continue to the next letter. Do this until 3-5 letters in one day. Repeat it, If the child already know and memorize about the letter well, you can go to the next 3 - 5 letter.
5. If your children have memorized all the alphabets, you can play games like "Find the treasure". You can put the letters together or put it on secret places, then you ask the children to pick the right letters you mentioned.

Have a try.... Good Luck!!

Siapa itu Oemar Bakri?

ehm.. Jadi teringat salah satu lagunya bang Iwan yang berjudul "Oemar Bakri". Jujur, dulu aku sempat bertanya-tanya apakah tokoh Oemar Bakri ini benar-benar nyata? benar-benar ada seorang guru yang bernama Oemar Bakri yang mengabdi demi dunia pendidikan di negri ini walau gaji na dikebiri?
ehmm... tapi setelah gugling2, ternyata sepertinya nama Oemar Bakri ini hanya tokoh fiksi. Namun, pada kenyataannya banyak para guru yang nyata yang hidupnya digambarkan seperti tokoh Oemar Bakri ini.

Oemar Bakri adalah penggambaran, representatif dari para guru yang masih banyak bernasib seperti dirinya....

Senin, 17 Januari 2011

"Apakah Kemiskinan Selalu Identik dengan Kebodohan dan Kemalasan?"

Mungkin kalau ditanyakan hal tersebut, banyak orang akan menjawab tidak. Namun, pada kenyataannya seringkali orang-orang yang miskin dalam ukuran harta, seringkali direndahkan karena pelabelan pada diri mereka yang identik dengan kebodohan dan kemalasan. Contoh globalnya saja negara kita yang jumlah kemiskinannya sangat tinggi, seringkali bangsa kita sendiri pun meng-karakteristikan bahwa orang-orang Indonesia itu malas.Tidak jarang kita mendengar ungkapan bahwa bangsa kita bangsa yang malas, dan etos kerja nya rendah. Kalau sudah demikian, berarti benar kah kalau hal tersebut berkaitan dengan kondisi negara kita yang sebenarnya masih terjerat dengan masalah kemiskinan??
..................................................................
ehm... tapi mungkin agak berat buat gw kalo dah ngomongin sampe' ke tingkat negara dan bangsa. Awalnya gw nulis ini pun karena gw yang tiba-tiba mikir lagi tentang pertanyaan di atas yang sebenernya dah pernah gw pikir.

Awalnya gw nulis ini karena tadi akhirnya gw bisa ngajar lagi beberapa anak yang bisa dibilang bukan berasal dari golongan keluarga cukup apalagi mampu, mayoritas orang tua mereka adalah pemulung.

Entah mengapa, hari ini ketika akan memulai mengajar, rasa gugup menyergapi diri gw, padahal mengajar selalu menjadi bagian dari rutinitas gw semenjak gw masih sekolah. Dan mengajar mereka pun bukan untuk yang pertama kali, dan beberapa anak cukup akrab dengan diriku. Tapi, tadi rasa gugup itu benar-benar terasa. Mungkin karena gw sendiri agak bingung mau ngasih materi apa ke mereka.

Pada dasarnya, kegiatan belajar mengajar ini pun diadakan untuk memberikan sedikit ilmu agama dan budi pekerti. Namun, tiap kali gw berkesempatan mengajar mereka, selalu ada keinginan untuk memberikan sesuatu yang berbeda agar mereka tidak bosan, lebih bersemangat, dan mau belajar. Apalagi mereka ini cukup istimewa, awal-awal kegiatan, mereka sulit sekali membuka diri, namun bila sudah bertengkar, keluar deh tuh segala macem kata-kata tempat sampah. Ditambah, sering kan kita denger kalau anak-anak yang hidup di dalam kemisikinan jadi malas berlajar, dan di tempat ini, yang awalnya ada 20 anak, yang aktif datang tinggal 10 -15 anak, tapi apakah benar-benar karena malas?? Dan mungkin jawabannya sedikit banyak kutemukan hari ini.

What is Hypnoteaching? Part 2

Ok, after I wrote about the definition of hypnoteaching,  I'll continue with what I got about this method. From what I read, I think his method is like to make ourselves a ggod presenter -in this case means presenting the lessons- so the students do not turn away from what we are trying to convey. I think the ways / the steps to do this methods are about the same as how to teach interestingly.
These are some of steps that I got from a source, regarding the steps to do hypnoteaching;

   
1. Intention and motivation within youI think all things must be based on this because if our intentions and motivations are consistent, all things will become more focused in order to get good results.
   
2. Pacing. In this case, it means to equate the position, gestures, language, and brain waves with others, or your students. It is said in this article, that it is natural that human beings are happy interacting with people who have in common with him. Commonalities among some people, would emit the same brain wave. So the people in that group would feel comfortable being in it. With the comfort that comes from the similarity of this brain waves, then every message delivered from the one on which other people will be accepted and understood very well. Same with our students. If they hate your teaching sessions, means your brain waves is not equal to them. You and your students do not "click". Despite your age much older than your students, but the brain waves can be compared with doing or seemed to do and think like your students.
   
3. Leading. This means the leading or directing after pacing the process you do. It is said that when students feel comfortable with us, they will more easily interact and accept what we say.
   
4. Use positive words. Maybe this way is one we often hear. It's not only when we teach, but we can do better whenever and with whomever we communicate.
   
5. Give praise. Praise is a reward increased self esteem. Praise is one way to establish a person's self concept. So give a sincere compliment on your students. Especially when he managed to do or achieve. Slightest form of achievements, still give a compliment. Including when he managed to make positive changes to herself, though it may still be under the standard of his friends, it could still give a compliment. With honors, a person will be motivated to do more than before.
   
6. Modeling. Modeling is the process of giving role model through the speech and behavior consistent. It is very necessary and become one of the key hypnoteaching.

After reading the steps above, it is probably almost all, or more than ever we hear or read. Maybe we think, "this is only the theory, how about the practice?". If so, do not give up, because this is only one method and a good way to do for the sake of good results. Let's try, try and try ....

Good Luck! ^_^

Minggu, 16 Januari 2011

Apa itu Hypnoteaching? part 2

Ok, setelah sebelumnya saya menulis mengenai definisi tentang hypnoteaching, di tulisan kali ini saya lanjutkan dengan apa yang saya bisa pahami mengenai metode ini.
Dari apa yang saya baca dari hasil gugling, saya kira metode ini bisa dibilang seperti menjadikan diri kita seorang presenter -yang dalam hal ini berarti mempresentasikan pelajaran- yang menarik sehingga murid / pun anak didik kita tidak berpaling dari apa yang kita coba sampaikan.
tips dan trik na saya kira kurang lebih sama dengan menjadikan jam pengajaran kita menarik, ini salah satu yang saya dapat dari sumber, mengenai langkah-langkah untuk melakukan hypnoteaching;

Hypnoteaching, What's that?

Hypnoteaching, what else is this?
I got this term when I was attending a parenting skills training using method of hypnosis and hypnosleep * maybe I'll discuss it later* then I thought, what is it? then I tried to analyze it by myself,  hypnoteaching = hypnosis + teaching, then does it mean teaching with a hypnotic?
ah, I guess not, what then should I teach my students hypnotically like a hypnotic that I see on tv-tv?
Then as usual, I use a short way with this hypnoteaching by googling it to know its definition, there are several definitions that I found;

So, What actually is a hypnoteaching?
honestly, I myself still confused what hypnoteaching is if I see further the definitions above, what is the concrete form? how could it be applied? what should I do if I use this method? 

Yet, I can conclude in temporary, hypnoteaching it is one method of teaching that can be applied by using the subconscious language between teachers and students for the material presented is more easily understood. is it? ok, I will try to discuss this further later ...

Apa itu Hypnoteaching? part 1

Hypnoteaching, istilah apa lagi ini?
saya mendapat istilah ini ketika saya mengikuti sebuah pelatihan parenting skill yang meggunakan metode hypnosis dan hypnosleep *mungkin saya akan membahasnya nanti
lalu saya jadi berpikir, apalagi ini? kemudian saya mencoba menelaah sendiri, hypnoteaching = hypnosis + teaching, lalu apakah artinya menjadi mengajar dengan menghipnosis?
ah, saya rasa tidak, apa kemudian saya harus mengajar dengan menghipnosis murid-murid saya seperti yang hipnosis yang saya lihat di tv-tv?
Lalu seperti biasa, saya menggunakan cara singkat dengan meng-gugel hypnoteaching ini untuk mengetahui definisinya, ada beberapa definisi yang saya temukan;

Ehm... jadi seperti apa ya hypnoteaching itu jelasnya?
jujur, saya sendiri masih bingung bila ingin mengetahui lebih jelasnya apa itu hypnoteaching itu apabila melihat definisi - definisi di atas, seperti apa bentuk konkretnya, bagaimana caranya, apa yang harus diterapkan? namun bisa saya simpulkan sementara, hypnoteaching itu adalah salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan dengan cara menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar antara guru dan murid agar materi yang disampaikan lebih mudah dimengerti. begitukan? ok, saya akan mencoba membahas hal ini lebih lanjut nanti...

Jumat, 14 Januari 2011

"Udah bosen loe Shin jadi guru?" part 2

Dan sekembalinya saya dari masa rehat tersebut, alhamdulillah saya pun menjadi seorang guru. Pada awalnya, saya sangat semangat menjalaninya. Komentar-komentar dengan nada-nada merendahkan seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya hadapi dengan tersenyum. Saya sangat yakin dengan pilihan ini, bahkan saya kerap menyemangati teman-teman saya yang merasa tidak yakin pilihannya untuk menjadi guru, saya katakan pada mereka bahwa guru juga sebuah pekerjaan, kita mengerjakan sesuatu, melakukan sesuatu, dan kita dibayar. Dan saya bangga menjadi seorang guru, karena pekerjaan yang saya lakukan jelas-jelas pekerjaan yang memberikan manfaat dan ilmu bagi orang lain. Dan saya berfikir hal tersebut sangat mulia. Bahkan ketika saya mendapatkan pekerjaan sampingan yang "kantoran", saya tetap merasa lebih cocok untuk menjadi seorang guru. Idealisme saya pada saat itu, saya ingin sekali melakukan pekerjaan yang benar-benar memberikan manfaat untuk orang lain, dan pada pandangan saya pada waktu itu, bekerja yang 'kantoran' adalah pekerjaan yang kita lakukan untuk kantor tersebut, untuk atasan kita dengan harapan yang sifatnya lebih kepada hal materi.

Hingga akhirnya rasa percaya, kebanggaan dengan apa yang saya yakini tersebut mulai terkikis. Banyak hal yang saya pun sadar menjadi penyebab pengkikisan hal tersebut. Dari rasa bosan, keinginan mendapatkan materi lebih 'baik', keinginan mencari pengalaman lain, atau merasa jenuh dengan pandangan sebelah mata orang lain dan komentar-komentarnya, saya masih ingat seorang teman yang dengan enaknya bilang; "enak ya Shin jadi guru, pulang na cepet, ga kayak orang kantoran, kerja na enak, gitu-gitu aja... gw? dikejar-kejar target, kudu meeting ini-itu, dan sebagainya... belum lagi dia bilang; "elo sih enak cewek, gw cowok, kalo gw jadi guru doank, mau dikasih makan apa anak istri gw nanti?" padahal di luar guru yang seperti apa, saya tahu suka dukanya menjadi guru, seperti rasanya bagaimana guru-guru dianggap sebelah mata oleh wali murid di sekolah mahal yang merasa sudah membayar, sehingga memperlakukan seperti 'pembantu', seenaknya saja protes dan menyalahkan. Saya pun tahu bagaimana berusaha mengajar anak-anak yang sebenarnya tidak mau belajar karena masalah ekonomi sehingga butuh meyakinkan mereka bahwa penting untuk belajar.
Seorang guru berkata pada saya; jangan mengharapkan dunia kalau menjadi guru, tapi yakin, sungguh besar berkah dan kebahagiaan yang akan kamu dapatkan menjadi sebuah guru. Rizki itu Allah yang mengatur, seseorang yang bergaji besar, kalau tidak berkah, tidak merasa cukup, ya tidak akan cukup dan tidak akan pernah puas.
Dan saya mengagumi pasangan suami istri itu yang dua-duanya adalah guru dan terlihat sangat bahagia walau hidup sederhana. Bukan hal yang gampang menjadi guru yang benar-benar guru, guru yang berusaha mendedikasikan dirinya melakukan sesuatu yang mulia, bersungguh-sungguh mengerjakan sebuah kemuliaan yang indah.

Dan saya? akhirnya saya pun berhenti menjadi guru, tepatnya dari semua pekerjaan tetap saya, saya tidak lagi menjadi seorang guru sebagai profesi, dan tidak lagi bekerja 'kantoran'. Saya kembali pada titik pencarian saya. Saya tetap sangat menghargai profesi seorang guru, mendukung teman-teman saya yang menjadi guru, dan masih tersirat kerinduan untuk kembali mengajar. Mungkin kalaupun nantinya saya memilih untuk tidak lagi menjadikan guru sebagai pekerjaan tetap saya, saya akan tetap mengajar, bukan sebagai profesi, tapi sebagai seorang guru, sekarang? bagi adik-adik saya, bagi teman-teman kecil binaan ibu saya, dan nanti? saya ingin sekali menjadi guru sepanjang waktu untuk pejuang-pejuang kecil saya. amin...

- buat para guru di mana pun, Barakallah lakum...
- buat seorang Ibu guru di sebuah SMP di Malang dan Bu Fitri, dua Ibu Guru yang sangat berdedikasi, mengajarkan aku akan makna ikhlas dari mengajar
- buat teman-temanku yang menjadi guru, semangat...
- buat Ipunk dan aai, sahabatku yang terus membuatku rindu dan menyadari indahnya menjadi guru
- buat banjar, komen loe bikin gw nulis ini, ga ada maksud apa2 nge-tag elo

"Udah bosen loe Shin jadi guru?" part 1

fufufu... komentar yg saya jadikan judul di atas saya dapatkan dari seorang teman yang saya tag pertama di note ini... dirinya berkomentar tersebut ketika mengetahui saya yang mengikuti seleksi kepegawaian di salah satu institusi pemerintah.. Mendengar komentarnya, membuat saya merenungi beberapa hal yang berkaitan dengan profesi mulia yang satu ini, juga berkenaan diri saya yang punya track record panjang menjadi guru...

Kalau guru diartikan dengan mengajar saja, saya ini dari SD sudah dikasih tugas untuk mengajar adik-adik saya dari adik kandung sampai adek sepupu, sampe akhirnya teman-teman mereka pun ikut saya ajar... namun, apabila guru diartikan dengan mengajar sebagai sebuah pekerjaan yang dibayar, bisa dibilang saya sudah bekerja menjadi guru semenjak SMA, sampe kuliah juga, sampe profesi saya yang terakhir pun menjadi guru di samping pekerjaan sampingan saya yang lainnya...

Namun banyak hal yang akhirnya menjadi perenungan saya...
Guru, yang sampai-sampai ada Hymne khususnya, yang Andrea Hirata pun menulis novel Best Seller yang didekasikan untuk seorang gurunya atau Umar Bakri, sebuah lagu tentang seorang guru, memang sebuah profesi yang mulia... namun, apa guru masih se- "mulia" yang ada dalam idealisme itu semua?
Sekarang, berapa banyak sih, anak-anak yang benar-benar bercita-cita menjadi seorang guru? dan berapa banyak sih orang-orang yang memang berniat menjadi seorang guru?
sudah rahasia umum di zaman sekarang, kalau guru identik dengan sebuah pekerjaan yang bisa dibilang kelas "kedua" atau peng-identikkan profesi guru sebagai sebuah pekerjaan yang tidak berprospek, tidak menjanjikan, atau tepatnya bergaji kecil. Sebuah pekerjaan mudah yang sepertinya semua orang bisa melakukannya. Ga jarang beberapa kali orang berkomentar; "Koq cuma jadi guru sih?", "Kamu kan lulusan ini, kenapa cuma ngajar?", "Emangnya ga niat cari yang lebih baik?" dan komentar-komentar bernada serupa lainnya. Menjadi guru seakan-akan dipandang sebelah mata.

Saya jadi mem-flash back diri saya ke setahunan yang lalu, kurang lebih ketika saya lulus dari sebuah Perguruan Tinggi Negri ternama di Jakarta. Waktu itu, dengan euforia seorang fresh graduate, terbawa dengan suasana, yang saya lakukan pun kurang lebih sama dengan teman2 lainnya, bersiap-siap untuk mulai mencari kerja. pada waktu itu pun, pikiran saya dan mayoritas teman2 saya inginnya ya bekerja dalam artian kerja pergi pagi pulang sore ke sebuah kantor, apalagi dengan semangat jiwa muda yang ingin memiliki berbagai pengalaman dan melihat dunia luar... Saya sempat mendapatkan keinginan saya itu, bekerja, di sebuah kantor, sempat di dua tempat, bahkan sempat di sebuah kawasan niaga yang katanya kawasan elite. Namun ternyata saya tidak begitu nyaman dengan pekerjaan tersebut.

Dalam perjalanan saya, saya pun melewati masa-masa rehat versi saya sendiri. Saat masa rehat saya tersebut, sebut saja begitu, saya banyak mengalami banyak hal, mencari dan menemukan banyak jawaban akan pertanyaan-pertanyaan bagi diri saya. salah satunya, ya.. tentang rencana hidup ke depan yang di dalamnya termasuk pekerjaan yang akan saya lakukan. Pada masa rehat tersebut di sebuah tempat yang penuh dengan ketulus ikhlasan, saya pun menjadi guru untuk mengisi waktu luang saya. Yang saya ikut pikirkan pun, apa saya akan menjadi guru lagi sekembalinya saya dari masa rehat saya? jujur, terkadang saya pun merasa bosan menjadi guru, walaupun saya sebenarnya sangat menikmatinya. Hingga akhirnya saya bertemu dengan seorang guru dan berbicara banyak dengannya. Dari obrolan ringan kami, saya melihat darinya sebuah kebanggaan dirinya menjadi seorang guru yang membuat saya terkagum-kagum. Saya merasakan keinginan akan mendapatkan perasaan yang sama dari dirinya yang mengatakan bahwa bagaimana keberkahan dan ilmu yang didapat dengan menjadi seorang guru yang semua itu nilainya tidak dapat dibandingkan nilainya dengan uang. belum lagi, sebagai sesama perempuan, ia berkata banyak manfaatnya yang sangat besar dengan menjadi guru bagi seorang perempuan. Dan sejalannya dengan waktu saya dalam masa rehat tersebut, akhirnya saya pun memutuskan dengan yakin kalau saya akan menjadi guru, bukan guru yang biasa, tapi guru yang luar biasa.

Kamis, 13 Januari 2011

Finally, I made this blog...

Hello blog world!!
Alhamdulillah, that finally I made this blog. that's what I can say..
Actually, I had made two blogs before, but none of them had been managed well.
I write quite in regular, but I'm still inconsistent to manage a blog. So, I just put my writing in friendster blog (when fs was still popular at that time) and now, I put it on my facebook notes.
Now, I hope that I can manage this blog well and it will be a good, famous, and useful blog for me and everyone.

warm regards,
me